Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Sonny T Danaparamita, S.H, M.H. (Foto: Istimewa) |
Banyuwangi Terkini - Debat kedua Pemilihan Bupati (Pilbup) Banyuwangi 2024 akan digelar pada Minggu (10/11) dengan tema "Menyelesaikan Persoalan Daerah dan Meningkatkan Pelayanan Masyarakat". Debat yang berlangsung selama 90 menit ini diselenggarakan di Surabaya, sama seperti lokasi debat pertama, dan diikuti oleh dua pasangan calon (paslon), yakni Ipuk Fiestiandani-Mujiono (nomor urut 1) serta KH. Mohammad Ali Makki Zaini-Ali Ruchi (nomor urut 2).
Dalam debat ini, lima panelis yang terdiri dari akademisi di bidang masing-masing ditunjuk untuk menyusun materi pertanyaan. Mereka adalah Sasongko Budisusetyo dari Universitas Hayam Wuruk Perbanas Surabaya, M. Shofi'ul Amin dari Politeknik Negeri Banyuwangi, Mohammad Ilyas Rolis dari UIN Sunan Ampel Surabaya, serta M. Helmi Umam dari Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UINSA Malang. Para panelis ini bertujuan untuk menyusun materi yang dapat menggali ide-ide segar dari para kandidat terkait penyelesaian masalah daerah dan peningkatan pelayanan publik.
Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Sonny T Danaparamita, S.H, M.H, memberikan sejumlah catatan penting terkait debat kedua ini. Menurut Sonny, dengan waktu kampanye yang terbatas, format debat publik menjadi instrumen penting bagi masyarakat untuk lebih mengenal visi dan misi dari masing-masing paslon sebelum menentukan pilihan. Sonny menyarankan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Banyuwangi untuk memaksimalkan publikasi jadwal debat agar bisa diketahui secara luas oleh masyarakat Banyuwangi.
Poster Debat Publik Kedua Pilbub Banyuwangi 2024. (Foto: KPU Banyuwangi) |
“Saran saya dalam mempublikasikan agenda ini juga yang lebih efektif dan efesien. Jangan lagi ada model publikasi dari penyelenggara Pilkada yang lebih menonjolkan foto para Komisionernya dibanding pesan yang ingin disampaikan,” kata Sonny, saat dihubungi via WhatsApp, Sabtu (09/11).
Lebih lanjut, Legislator asal asal Banyuwangi ini mengharapkan kedua paslon mampu menunjukkan kualitas mereka sebagai calon pemimpin Banyuwangi untuk lima tahun ke depan. Kritik dan masukan antar-paslon tentu dibutuhkan, namun ia berharap setiap kandidat lebih menonjolkan program dan kebijakan yang dapat menyelesaikan persoalan di Banyuwangi.
“Memberikan kritik dan masukan pada paslon lain adalah hal yang penting. Namun sebagai Paslon Bupati/Wakil Bupati, dalam Debat Publik Paslon secara umum harus lebih kuat menampilkan konsep, gagasan, serta program yang dapat menyelesaikan permasalahan di Banyuwangi dalam bentuk kebijakan ketika paslon terpilih. Jika ini yang ditampilkan, maka Debat Publik akan lebih berkelas dan demokrasinya juga akan semakin berkualitas.,” ujar Politisi sekaligus mantan aktivis GMNI ini.
Sonny juga menambahkan, bahwa keberhasilan debat publik dapat diperkuat dengan peran tim pemenangan atau relawan untuk membagikan informasi dan tayangan debat tersebut, sehingga masyarakat semakin yakin dalam memilih. Namun, jika debat hanya diisi dengan formalitas tanpa pembahasan substansial, Sonny khawatir Banyuwangi akan terjebak dalam praktik demokrasi prosedural semata.
Dengan harapan besar agar debat kedua ini menjadi ajang bagi para kandidat untuk menunjukkan komitmen dan gagasan mereka dalam memajukan Banyuwangi, masyarakat menantikan perdebatan yang sehat dan penuh ide konstruktif demi masa depan Banyuwangi yang lebih baik.***