Ilustrasi aliansi pertahanan Pakta Warsawa. (Foto: Istimewa) |
Banyuwangi Terkini - Setelah perang dunia II berakhir pada tahun 1945, terdapat dua negara adidaya yang memiliki pengaruh besar pasca perang ke seluruh dunia. Kedua negara adidaya tersebut adalah Amerika Serikat dan Uni Soviet. Namun karena adanya perbedaan ideologi dan keinginan kedua negara adidaya tersebut untuk menjadi penguasa dunia, membuat hubungan mereka tidak baik. Sehingga membagi dunia menjadi dua blok, yaitu blok barat dan blok timur. Blok barat dipimpin oleh Amerika Serikat yang menganut paham Liberalisme, yang menyebarluaskan paham tersebut dengan cara perdagangan, bantuan ekonomi atau yang disebut Marshall Plan yang beranggotakan negara-negara di Eropa Barat dan juga di luar Eropa yang mendapatkan pengaruh atau bantuan dari Amerika Serikat.
Kemudian blok timur dipimpin oleh Uni Soviet yang menganut dan menyebarkan Komunisme melalui pemberian kebebasan atas imperialisme dan kolonialisme, adapun negara-negara yang pengaruh dari Uni Soviet diantaranya, Bulgaria, Cekoslovakia, Jerman timur, Hungaria, Polandia, Rumania, Albania dan beberapa negara di Asia. Dikarenakan perbedaan ideologi tersebut Amerika Serikat dan Uni Soviet bermusuhan. Mereka juga menjadikan negara ketiga sebagai ladang perluasan pengaruh mereka dan lebih memilih perang proksi yang memanfaatkan negara ketiga untuk mengalahkan musuhnya, akibatnya terjadilah perang dingin antara blok timur Uni Soviet dan blok barat Amerika Serikat.
Sejarah Berdirinya Pakta Warsawa
Perang dingin diawali dengan Amerika Serikat yang membuat kebijakan untuk melawan pengaruh komunisme pada 12 Maret 1947 yang disebut dengan doktrin Truman, yang dinyatakan oleh Harry S. Truman yang menjabat sebagai presiden saat itu. Kemudian pada 4 April 1949, North Atlantic Treaty Organization atau NATO dibentuk untuk menjaga kebebasan dan keamanan di Eropa Barat. Adapun beberapa anggota dari NATO diantaranya, Amerika Serikat, Belgia, Kanada, Denmark, Prancis, Islandia, Italia, Luksemburg, Belanda, Norwegia, Portugal dan Inggris. Dikutip dari artikel yang berjudul “Perluasan Keanggotaan NATO ke Eropa Timur Setelah Bubarnya Pakta Warsawa”, (Fatikha Nur Faradila, 2023), muncul suatu pakta pertahanan yang dibuat oleh Uni Soviet untuk mengimbangi kekuatan NATO yakni Pakta Warsawa. Pakta Warsawa dirancang oleh Perdana Menteri Uni Soviet saat itu yakni Nikita Khrushchev dan dibentuk pada 14 Mei 1955 di Warsawa, Polandia, aliansi militer Pakta Warsawa resmi berdiri. Kota tempat perjanjian aliansi militer tersebut ditandatangani yang menjadi dasar penyebutan aliansi tersebut.
Terdapat beberapa negara di Eropa Timur yang menandatangani pakta pertahanan ini seperti Uni Soviet, Albania, Bulgaria, Cekoslovakia, Jerman Timur, Hongaria, Polandia dan Rumania. Adapun negara-negara di Asia yang bergabung dengan Pakta Warsawa, antara lain Mongolia, Vietnam dan Korea Utara. Tujuan dari dibentuknya aliansi militer ini adalah untuk melindungi diri, dari potensi ancaman dari aliansi militer blok barat, yaitu Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau biasa dikenal NATO. Selain untuk melindungi diri dari ancaman luar, pembentukan Pakta Warsawa juga dimaksudkan untuk peningkatan kerjasama di bidang militer dan pertahanan antar negara-negara anggotanya.
Berdasarkan jurnal berjudul “Pakta Warsawa: Latar Belakang, Sejarah, dan Hegemoni Uni Soviet” (Kalembang Elpius dan Joseph Victor Kalembang, 2022), latar belakang fundamental dari pembentukan Pakta Warsawa merupakan respon Uni Soviet terhadap remiliterisasi Jerman Barat yang memilih bergabung dengan NATO. Keputusan ini menimbulkan ketakutan baru dan ancaman bagi negara-negara komunis Eropa yang merupakan sekutu Uni Soviet. Pakta Warsawa pernah beberapa kali terlibat konflik, seperti konflik dengan negara anggotanya sendiri yaitu Hungaria. Hungaria pernah ingin meninggalkan ideologi komunisme pada tahun 1956, namun tidak lama setelah itu Hungaria langsung diinvansi oleh Uni Soviet. Invasi yang dilakukan Uni Soviet bertujuan untuk menggagalkan revolusi Hungaria, aksi protes besar-besaran berlangsung di Hungaria untuk mengubah ideologi komunis menjadi ideologi yang lebih demokratis. Penyebab dari aksi protes tersebut adalah banyaknya masyarakat Hungaria yang mengkritik pemerintah ditangkap, disiksa, bahkan ada yang dibunuh. Terdapat juga kesalahan pengelolaan ekonomi yang dimana hal tersebut membuat turunnya perekonomian di Hungaria. Akibatnya penyediaan kebutuhan sehari-hari yang mendasar seperti bahan makanan menipis. Dampak dari hal tersebut yaitu menurunnya standar hidup masyarakat Hungaria dan terjadinya kelangkaan bahan pokok di seluruh negeri.
Pada Juli 1956, terjadi aksi demonstrasi besar-besaran di Polandia dan Uni Soviet memberikan kelonggaran-kelonggaran pada pemerintah Polandia yang sebelumnya sangat dikontrol oleh Uni Soviet. Keberhasilan aksi protes di Polandia ini yang menginspirasi masyarakat Hungaria untuk melakukan aksi protes yang serupa dan berharap bisa mewujudkan reformasi politik di Hungaria. Pada tanggal 23 Oktober 1956, puluhan ribu demonstran yang mayoritas adalah para mahasiswa dan pekerja anti komunis menggelar aksi protes besar-besaran di Budapest. Kemudian Uni Soviet merespon dengan mengirimkan pasukan yang dilengkapi tank ke Budapest pada tanggal 24 Oktober 1956. Kemudian, pada 24 Oktober 1956 Imre Nagy diangkat menjadi Perdana Menteri Hongaria, dan János Kadar juga diangkat menjadi Sekretaris Jenderal partai.
Pada tanggal 1 November 1956, Nagy mengumumkan melalui radio bahwa Hongaria akan menarik diri dari Pakta Warsawa. Pada tanggal 4 November pasukan Uni Soviet tiba di Budapest dan memulihkan ketertiban, pemberontakan ditumpas secara brutal. Tank-tank menyeret mayat-mayat melalui jalan-jalan Budapest sebagai peringatan bagi para demonstran. Pada tanggal 10 November, Uni Soviet telah berhasil menguasai Hungaria kembali. Sekitar 2.000-3.000 warga Hongaria tewas dalam pemberontakan, serta lebih dari 200.000 warga Hungaria melarikan diri ke luar negeri. Peminpin revolusi Imre Nagy diadili, dieksekusi, dan dimakamkan di kuburan tanpa tanda. Janos Kadar diangkat menjadi Perdana Menteri dan juga merangkap sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Hungaria. Dilihat dari respon Uni Soviet mengenai revolusi Hungaria, hal ini menimbulkan perpecahan di partai-partai komunis dunia.
Runtuhnya Pakta Warsawa
Runtuhnya Pakta Warsawa disebabkan oleh muculnya kebijakan Glasnost dan Perestroika. Dikutip dari artikel “Glasnost, Kebijakan Luar Negeri Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev”, (Ananda Daffa Nugroho, 2019), kebijakan glasnost ini merupakan salah satu kebijakan yang dibuat dan dipopulerkan oleh Mikhail Gorbachev dan diyakini mampu membawa perubahan baru bagi Uni Soviet. Perubahan tersebut adalah Uni Soviet menjadi negara yang lebih terbuka dalam menyikapi berbagai permasalahan. Sementara dalam jurnal “Glasnost, Democracy, and Perestroik”, (McForan D. W. J, 1988), kebijakan Perestroika bertumpu pada reorganisasi ekonomi dengan mengganti metode administrasi Soviet yang telah lama dihormati dengan metode ekonomi murni. Hal ini dilakukan sebagai upaya nyata untuk mengatasi sikap apatis masyarakat dan hilangnya kepercayaan terhadap partai, sekaligus menghadapi kegagalan gaya komando dalam perencanaan ekonomi. Kebijakan-kebijakan tersebut justru memicu perpecahan di Uni Soviet dan membuat situasi di negara tersebut semakin tidak stabil. Uni Soviet yang kehilangan kendali atas bekas sekutunya, dan Perang Dingin yang telah berakhir, menjadi penyebab dibubarkannya Pakta Warsawa.
Konflik yang sangat mempengaruhi runtuhnya aliansi ini yaitu Gerakan Kebangkitan Praha pada tahun 1968 atau biasa dikenal sebagai Musim Semi Praha. Peristiwa tersebut adalah gerakan reformasi demokrasi di Cekoslowakia yang bertujuan untuk menjatuhkan pemerintahan komunis yang otoriter. Pada saat itu Uni Soviet di bawah kepemimpinan Leonid Brezhnev melihat peristiwa reformasi ini sebagai ancaman terhadap dominasi komunis di Eropa Timur. Oleh karena itu, Uni Soviet bersama negara-negara Pakta Warsawa lainnya menginvasi Cekoslowakia untuk menghentikan reformasi tersebut. Tindakan aliansi tersebut mengundang penolakan keras dari Sekjen Partai Komunis Rumania Nicolae Ceasusescu, yang membuat Rumania tidak ikut serta dalam operasi militer tersebut.
Setelah rezim Uni Soviet di negara Eropa Timur runtuh eksistensi Pakta Warasawa kemudian semakin berkurang. Pada tanggal 25 Februari 1991, enam menteri luar negeri dan pertahanan dari negara anggota Pakta Warsawa (Uni Soviet, Bulgaria, Romania, Republik Demokratik Jerman, Hungaria, Polandia, dan Cekoslowakia) mengadakan pertemuan di Budapest. Tujuan pertemuan ini adalah untuk membubarkan Pakta Warsawa yang secara resmi telah dibubarkan pada tanggal 1 Juli 1991.
Kehancuran Uni Soviet
Bagaimana bisa Pakta Warsawa yang merupakan senjata andalan Uni Soviet menjadi bombardir bagi diri mereka sendiri? Sejak awal, aliansi ini terbentuk atas kekhawatiran Uni Soviet terhadap NATO yang dimiliki oleh pesaingnya yaitu Amerika Serikat. Selain untuk menandingi penyaingnya, Pakta Warsawa juga dibentuk untuk menjaga stabilitas dan melindungi keamanan Uni Soviet beserta negara negara anggotanya dari serangan luar. Meskipun hanya berdasarkan perbedaan ideologi, dua negara ini sama sama berebut untuk menanamkan pengaruh ideologi mereka atau yang bisa saja kita sebut bipolaritas yang berarti terdapat dua negara adikuasa dalam posisi yang sama sedang menanamkan pengaruh di dunia.
Namun sesungguhnya persaingan ini sangat tidak adil karena kekuatan dua negara ini tidak seimbang. Dikutip dari jurnal “NATO: Kajian Implementasi Contaiment Policy di Eropa (1949-1991)”, (Purmintasi Yulia Dewi, 2013), Uni Soviet hanyalah sebuah negara besar yang memiliki pengaruh secara regional dan masih tertinggal dalam teknologi dan hal itu sangat berkebalikan dengan Amerika Serikat sudah memiliki pengaruh yang besar pada dunia sejak awal. Perlu banyak usaha bagi Uni Soviet untuk membangun negara besar dengan ideologi yang mereka inginkan, dilakukan berbagai ekspansi ke beberapa negara Eropa Timur baik secara damai maupun di bawah bayonet tentara merah.
Lalu bagaimana semua ini mampu membuat Pakta Warsawa beserta induknya, yaitu Uni Soviet kehilangan eksistensinya di dunia yang penuh hura hara saat itu? Meskipun terlihat kuat dari luar akan tetapi ringkih di dalam, selama beberapa tahun Uni Soviet mengalami berbagai masalah internal yang tak terbendung. Dikutip dari artikel Russia Beyond “Pakta Warsawa: Aliansi Militer Blok Timur, Rival Nato yang Tak Berumur Panjang”, (Egorov Boris, 2019) goncangan besar yang pertama kali dihadapi Pakta Warsawa terjadi pada 1956. Saat itu muncul demonstrasi anti-Soviet di Hungaria yang di dukung oleh dinas-dinas barat.
Beberapa usaha sudah dilakukan Uni Soviet melalui Pakta Warsawa untuk mempertahankan negara negara anggotanya yang sebenarnya sudah diujung tanduk. Pakta Warsawa kemudian semakin berada pada titik dimana rezim Uni Soviet di negara Eropa Timur Runtuh. Pada tanggal 25 Februari 1991, enam menteri luar negeri dan pertahanan negara negara yang sudah tergabung Pakta Warsawa mengadakan pertemuan Budapest dengan tujuan untuk membubarkan Pakta Warsawa dan akhirnya aliansi tersebut bubar pada 1 juli 1991.
Akhirnya setelah pergolakan yang panjang tak hanya keruntuhan Pakta Warsawa yang mengawali kehancuran Uni Soviet, kegagalan sistem ekonomi jugalah yang memiliki campur tangan terhadap kehancuran salah satu negara adidaya ini. Hingga pada akhirnya, saat ini Rusia menjadi satu satunya penerus Uni Soviet.***
Penulis: Amethys, Aziza, Mia, Sabrina dan Nazwa
Editor: Satria